« »
« »
« »
Get this widget

Senin, 11 April 2011

Teks Pidato : Ridla Allah terletak pada Ridla Orangtua

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin. Washshalatu wassalamu ala ashrafil ambiyai warmursalin saidina muhammadin wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.

Puji syukur kita panjatkan kepada Illahi Rabbi, shalawat dan salam senantiasa dicurahkan kepada Rasulullah SAW, kepada keluarga, para shahabat dan para pengikut yang setia mengikuti jejak langkahnya.

Hadirin rahimakumullah
Ibu telah melahirkan kita  dengan susah yang bertambah susah. Sejak kecil kita dipelihara penuh dengan kasih sayang. Bapak mencari nafkah untuk bekal kita, penuh semangat tidak mengenal waktu. Tak terbayangkan jika kita tidak dibimbing oleh mereka.
Hadirin yang berbahagia
Saya ingin mengajak kita semua untuk mengingat sebuah kisah penting yang berhubungan dengan perjalanan seorang anak manusia yang durhaka kepada seorang ibu. Kisah tersebut dikenal dengan kisah ALQAMAH.
‘Alqamah adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw, yang taat, wara’ kuat beribadah dan rajin pula berderma. Ibunya masih hidup; rupanya beliau ini setelah berumah tangga, kurang memerhatikan ibunya. Karena itu, terpaksalah sang Ibu mondok sendirian, dan hal ini berlalu beberapa lama, sedang sang ibu belum juga mendapat santunannya menurut semestinya. Maka akibat dari pada itu, sang ibunda beliau agak kecewa dan berhati kecil terhadap anaknya ‘Alqamah yang kurang memeperhatikan dirinya itu.
Akhirnya pada suatu hari, ‘Alqamah jatuh sakit keras sehingga sanak saudara kaum familinya telah memenuhi rumahnya. Hanya Ibunya yang belum hadir. Sementara Alqamah dalam keadaan sakaratul maut, maka di antara yang hadir menalqinkan kalimat tauhid; LA ILAAHA ILLALLAH. Namun beliau tidak dapat mengikutinya, dan hal itu di ulang berkali-kali, namun ‘Alqamah belum juga dapat menirukannya, malah mulutnya tertutup dan ia membungkam seribu bahasa, hanya kelihatan susah dan gelisah dengan matanya yang membelalak kemabukan, seakan-akan ia minta tolong. Semua sahabat handaitaulannya keheran-heranan, sebab mereka tahu benar bahwa ‘Alqamah ini seorang sahabat Nabi yang taat dan wara’, dan menurut mereka ia adalah teladan yang baik dicontoh selama hayatnya. Maka dari itu merekapun bingung sambil saling berbisik-bisik tanya menanya, mengapa beliau ini demikian, padahal ia adalah seorang sahabat Nabi yang shaleh.
Sementara itu, sebahagian sahabat yang hadir segera melaporkan kejadian ini kepada Rasulullah Saw., dan baginda mengutus beberapa sahabat pula untuk menjenguk ‘Alqamah dan melihat keadaan ‘Alqamah dari dekat, serta mencoba menalqinkan kalimat TAUHID lagi. Namun sesampainya mereka ditempat pembaringan Alqamah dan setekah mencoba menalqinkan kalimah Tauhid itu, perobahan Alqamah tidak ada sama sekali, malah nampaknya tambah gelisah dan tambah menakutkan pula.
Akhirnya dijemputlah Rasulullah Saw., dan beliaupun hadir di depan ‘Alqamah sahabat beliau yang setia itu. Dengan hati yang cemas penuh kasih sayang, Baginda menalqinkan kalimah tauhid, tetapi sayang seribu sayang ‘Alqamah dari pada mengikut, malah ia menggelengkan kepalanya. Nabipun tertegun dan kemudian menayakan pada hadirin, “Apakah Alqamah ini masih mempunyai Ibu kandung?” Hadirin ada yang menjawab “Masih ada”. Kemudian Beliau bertanya, “Di mana Ibu itu?” Istrinya menjawab, “Di sana, di dusun itu. Dia mondok sendirian, ya Rasulullah.”
Maka Rasulullah minta hadirkan Ibundanya itu. Setelah tiba, Nabipun lalu menanyakan kepadanya tentang hal ihwal Alqamah.

Dalam dialog itu ternyata sang Ibu ini ada berkecil hati atas sebahagian tindakan anaknya ini pada dirinya, setelah ia berumah tangga dan sampai detik ini, ia belum suka memaafkannya, meskipun Nabi sendiri telah memintanya.
Maka Nabi kita akhirnya memerintah para sahabat dan hadirin untuk mengumpulkan kayu api unggun dan minyaknya, tatkala itu sebahagian bertanya, buat apa ya Rasulullah, nabi menjawab dengan nada tegas : “Untuk membakar Alqamah ini, sebab lebih baik kita bakar sekarang saja bulat bulat dari pada kelak dibakar juga dalam api neraka jahannam.”
Mendengar putusan Nabi itu, Ibu kandung Alqamah tidak tega, bila anak kandungnya itu sampai dipanggang di matanya sendiri. Dari itu ia segera mendapatkan Nabi dan berkata “Wahai junjungan alam, janganlah dibakar anakku ini, biarlah kumaafkan segala kesalahannya itu dan aku relakan segala pengorbananku untuknya. Sembari ia naik saksi bahwa: Aku mengakui bahwa tiada Tuhan selain dari pada Allah, dan aku mengakui bahwa Muhammad benar benar Rasul-Nya. Dan untuk hadirin aku bersaksi bahwa benar benar anakku Alqamah ini, segala kesalahannya telah kumaafkan dan telah kurelakan.


Hadirin rahimakumullah !
Dari kisah di atas dapat kita ambil hikmah antara lain :
1.      Bahwa orang tidak cukup hanya taat dan mengabdi kepada Allah SWT, jika tidak diikuti taat kepada orang tua.
2.      Bahwa seburuk apapun orang tua itu tidak akan tega membiarkan anaknya celaka.
3.      Nabi Muhammad SAW seorang Rasul mulia sekalipun tidak mampu menolong anak durhaka terhadap orang tuanya, sebelum orang tua tersebut mengampuninya.

Allah SWT tidak memberikan toleransi sedikitpun pada seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya, terutama seorang ibu. Karena ibu dalam mencurahkan kasih sayangnya sungguh sangat kepayahan, susah dan rela mengorbankan segala-galanya demi membela seorang pujaan hatinya.

Allah SWT berfirman dalam surah Luqman ayat 14:
  
Artinya : dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Sepantasnya kita berterima kasih kepada mereka, dengan mengikuti segala perintahnya. Kita tak pantas membangkang apalagi melawan kepada orang tua. Alangkah dosanya jika kita berbuat demikin. Allahpun akan murka kepadanya. Karena ternyata ridla Allah tergantung kepasda ridla orang tua.

Rasulullah bersabda :  RIDLALLAHU  FI RIDLAL WALIDAIN.
Artinya : “Ridla Allah ada pada ridla orang tua.”

Hadirin yang saya hormati
Marilah kita berbakti kepada orang tua kita dengan sungguh-sungguh. Mungpung orang tua kita masih hidup. Alangkah senangnya mereka jika kita dapat mentaatinya.
Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku sebagaimana mereka mengasihi aku sejak kecil
Itulah yang bisa saya sampaikan. Kekurangan dan kelebihannya mohon maaf yang sebesar-besarnya.


Wassalam mualaikum wr.wb.

Tidak ada komentar: