« »
« »
« »
Get this widget

Jumat, 08 Januari 2010

IHROM - METAMORFOSIS

Dalam praktik ibadah kita mengenal istilah ihrom dalam dua tempat, yakni pada ibadah haji dan ibadah shalat. Dalam ibadah shalat kita mengenal takbirotul ihrom. Secara parkatis fungsinya sama dengan ihrom dalam ibadah haji. Jika Allah SWT memberikan batasan-batasan khusus bagi orang yang sedang ber-ihrom di antaranya dilarang menangkap atau membunuh binatang darat pada saat ber-ihrom (QS. Al-Maidah : 96)
Pada makna yang lebih luas kita dapat memahami bahwa isyarat ihrom yang disyari’atkan Allah itu dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tentu, dalam hal ini tidak dalam pengertian iltibas (mencampuradukkan hukum). Makna yang sangat esensial dari praktik ihrom adalah bahwa pada saat-saat kita dintuntut untuk tunduk berkhidmat dan khusyuk di hadapan Allah, maka aktifitas-aktifitas duniawiyah harus dilepaskan untuk sementara waktu. Baik itu ihrom saat ibadah haji, maupun ihrom saat ibadah shalat. Bukankah secara umum alam pikiran manusia itu memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi, terutama untuk hal-hal yang berhubungan dengan materi ?
Pada saat takbirotul ihrom kita akan berkonsentrasi sekuat tenaga agar hati, pikiran, perasaan, dan emosi kita menyatu dalam kebulatan niat. Sementara kalimat yang dibaca adalah kalimat Allahu Akbar. Artinya satu niat sambil mengagungkan Allah SWT, otomatis merendahkan segala makhluk selain Zdat-Nya. Di saat inilah kita sudah masuk pada batas-batas koridor ihrom. Itulah sebabnya dalam shalat kita diharamkan untuk berbicara selain bacaan shalat, makan, minum, dan beraktifitas lain selain arkan shalat.
Dalam pelaksanaan ihrom tidak berarti kita harus tenggelam larut di alam bawah sadar, melainkan bagaimana kita dituntut untuk berlatih fokus pada olah pikiran dan perasaan yang berujung pada “metamorfosa” jiwa. Ibarat ulat bermetamorfosa menjadi kepompong, sebagai proses dalam mengubah wujud dirinya dari bentuk yang “menjijikan”, menjadi makhluk yang indah nan artistik, kupu-kupu. Entah berapa lama proses metamorfosis kepompong tersebut, yang jelas tentu membutuhkan waktu yang cukup lama.
Ketika berwujud ulat, ia akan memakan dedaunan dengan begitu rakus (ka’ashfim ma’kul – Al Fil : 5) maka di saat ia menjadi kepompong ia diam tak beraktifitas apapun. Di saat ia berubah wujud menjadi kupu-kupu, makanan kesukaannyapun berubah menjadi sari bunga dan madu, subhanallah.
Semoga saudara-daudara kita yang akan melewati masa-masa ihrom di musim haji ini, akan melahirkan hamba-hamba yang indah perangainya, halus budi pekertinya, selalu terjaga dari dosa dalam pertolongan dan bimbingan Allah SWT, amin.