« »
« »
« »
Get this widget

Kamis, 26 November 2009

Sejarah Desa Cibanten

SITUS DAN KEBUDAYAAN
DI DESA CIBANTEN KEC. CIJULANG KAB. CIAMIS


Secara umum di Desa Cibanten tidak bisa menunjukkan situs atau cagar budaya yang dilindungi secara resmi baik oleh pemerintah setempat maupun pemerintah yang lebih atas. Namun demikian bukan berarti bahwa di Desa Cibanten tidak ada sejarah kehidupan masa lampau sama sekali. Akan tetapi bukti-bukti fisik yang bisa diperlihatkan kepada generasi muda tidak ada. Sementara itu, daerah ini tdak termasuk daerah yang pernah dijadikan pusat kegiatan kerajaan masa lampau.
Adapun menurut ceritera dari mulut ke mulut ada beberap legenda yang mengarah pada sejarah terbentuknya asal mula adanya kehidupan di daerah Desa Cibanten. Hanya saja para penyampai pesan ceritera itu tidak bisa menunjukkan bukti fisik yang mendukung kekuatan ceritera tersebut. Baik dalam bentuk artepak-artepak, prasasti, pekakas kuno, tugu batu, maupun bangunan-bangunan kuno.
1. Situs
Menurut ceritera dari mulut ke mulut yang samapi kepada generasi sekarang ada beberapa tempat bersejarah yang melegenda di kalangan tokoh masyarakat Desa Cibanten untuk periode hingga tahun delapan puluhan (pada saat ini kurang mendapat perhatian dari generasi muda). Di antara tempat atau kejadian kuno yang dikeramatakan antara lain :
a. Mata Air Cisiuk
Mata air Cisiuk yang terletak di Dusun Cibanten Desa Cibanten diyakini sebagai mata air yang memiliki sejarah yang berhubungan dengan cikal bakal berdirinya sebuah daerah baru yang akhirnya diberi nama Cibanten. Hal ini adalah sangat unik jika kita memperhatikan nama-nama daerah lain sekitar yang menggunakan awalan “Ci” seperti halnya daerah-daerah lain sekitarnya; Ciakar diambil dari kata “cai” dan “akar” maksud akar sudah dapat dipahami yaitu bagian dari pohon yang menancap ke dalam tanah, Cijulang dari kata “cai” dan “julang.” Kata julang adalah dari nama pohan kijulang, hingga saat ini pohon ini masih sangat terkenal biasa digunakan khsusu untuk sarangka golok. Sementara kata Cibanten, diambil dari kata “cai” dan “banten.” Pengambilan nama ini memliki keunikan atau ekslusif. Jika nama lain di Jawa Barat yang diawali dengan kata “Ci” biasanya kata berikutnya diambil dari nama-nama :
1) Pohon; misalnya : Cijambe, Cijulang, Citamiang, Cihaur, Cikalapa, Cimuncang, dsb.
2) Kondisi alam; misalnya : Cicurug, Ciguha, Cigalupit, Cikarakal, dsb.
3) Warna; misalnya : Cibodas, Cikoneng, Cibiru, Cibeureum, Cibungur, Cihideung.
4) Kombinasi antara letak geografis pegunungan atau lembah dengan nama pohon, misalnya : Pasirkaliki, Pasirwaru, Pasirceuri, Pasirkiara, Legokputat, Legokjengkol, Legokwaru, Legokseuruh, Legokbungur, Legokputat dsb.
Sedangkan nama “Cibanten” uniknya adalah diambil dari nama lain, yaitu dari nama daerah “Banten” sebuah daerah yang terkenal dengan ilmu kanuragan dan kesaktiannya. Ceriteranya ada seorang “kolot” yang biasa dipanggil “Embah” atau “Sembah” bernama Nagabali datang dari daerah Banten dengan membawa air “sasiuk” atau segayung. Lalu air tersebut disimpan di suatu tempat yang kemudian menjelma menjadi mata air. Daerah tersebut hingga kini disebut Cisiuk. Di tempat ini masih terdapat mata air yang keadaannya tidak terlalu besar, akan tetapi tidak pernah kering. Karena air itu dibawa dari daerah banten maka terbentuklah nama CIBANTEN.
b. Patilasan Nagabali
Berhubungan dengan tempat ini ada dua versi. Pertama, sebuah tempat yang berhubungan dengan nama Nagabali itu adalah kuburan atau makam. Di mana sang pembawa air dari Banten itu menghabiskan sisa hidupnya di Cibanten hingga meninggal dunia dan dimakamkan di pemakaman Nagabali. Di mana pemakaman itu hingga sekarang masih terkenal dengan istilah Makam Nagabali.
Versi kedua mengatakan bahwa tempat itu adalah patilasan, artinya tempat singgah sementara seorang Nagabali. Biasanya tempat yang disebut “patilasan” itu digunakan sang begawan untuk melakukan ritual pertapaan atau semedi dalam jangka waktu berhari-hari.
Jika kita menelusuri nama Nagabali yang akar katanya diambil dari nama-nama binatang. Kiranya orang ini termasuk keluarga ningrat, atau orang penting di sebuah kerajaan. Mengingat apabila dihubungkan dengan nama raja-raja yang pernah berkuasa di Nusantara banyak yang diambil dari nama-nama binatang, misalnya : Prabu Hayam Wuruk, Patih Gajah Mada, Prabu Ciung Wanara, Prabu Siliwangi (harimau), Munding Laya Dikusumah. Sedangkan nama Naga bali diambil dari hewan Naga.

2. Kebudayaan
Pada tahun 1800 di masa pemerintahan penjajah Belanda, seorang penasehat spiritual pemerintah Belanda bernama LWC van Den Berg mengemukakan sebuah kesimpulan tentang kebudayaan umum bangsa Indonesia yang terkenal dengan Receptio in Comlexu artinya bahwa budaya yang berlaku dan berakar pada masyarakat Indonesia adalah budaya Islam. Pada tahun 1898 konsep ini ditentang oleh C Snouck Hurgronje dengan mengeluarkan sebuat teori yang dikenal dengan Theorie Receptie. Dalam teori ini dikatakan bahwa budaya yang berlaku di Indonesia bukanlah hukum islam melainkan hukum adat. Selanjutnya teorinya Snouck Hurgronje itu ditentang lagi oleh Prof Hazairin yang mengeluarkan statment Receptie a Contrario, pada konsep ini dikatakan bahwa hukum adat bisa berlaku di Indonesia selama tidak bertentangan dengan hukum Islam. (Hazairin, 1976)
Sepertinya warisan teori-teori di atas berimbas ke daerah Cibanten, sehingga banyak tradisi kebudayaan yang pada tempo dulu menjadi akar budaya kini sudah lenyap, bahkan orang tua yang masih mengingat tentang kebudayaan tersebut sebagian besar sudah meninggal dunia. Di antara kebudayaan yang pernah ada di daerah Cibanten adalah :
a. Kesenian Rudat
Bentuk kesenian yang dimainkan oleh 5 – 7 orang dengan bantuan alat musik “dog-dog” bervariasi (dari ukuran besar hingga kecil). Dipukul dengan irama yang khas diiringi dengan lantunan lagu-lagu sunda dengan irama pupuh. Akan tetapi irama-irama tersebut hingga sekarang masih melekat pada nadom pupujian yang diasa dibaca di masjid-masjid.
b. Kesenian Terbang/Jingkrung
Alat musik yang digunakan adalah semacam rebana bervariasi, ditabuh dengan irama khas diringi lantunan lagu-lagu shalawatan dan pupujian islami.
c. Debaan
Berisi tentang pedaran riwayat perjalanan peri kehidupan Nabi Muhammad SAW yang dibaca dalam bentuk alunan lagu khas Sunda. Selain riwayat Nabi SAW, juga dipedar sejarah peri hidup Syaikh Abdul Qodir Jailani.
d. Kesenian Badud
Merupakan jenis kesenian yang berbau magis yang dimainkan secara berkelompok dalam sebuah group terdiri dari penabuh gamelan dog-dog yang dikolaborasikan dengan angklung. Dilengkapi dengan pemain kuda lumping, “babagongan”, “kekerudan”, dan “momonyetan”. Biasanya para pemain ini dibacakan dulu matera oleh kepala kelompok, lalu ia bergerak seperti di bawah alam sadar dan lalu “kelenger”.
e. Kebudayaan Turun Mandi
Masih dalam rangkaian kesenian badud, ada tradisi mengusung pangantin sunat di bawa ke mata air keramat untuk dimandikan, sebelum besoknya ia disunat.

2 komentar:

Kang Aep mengatakan...

Sae kang, abdi peryogi pisan data ieu

Anonim mengatakan...

sampurasun..kami hoyong uninga sajaroh cijulang jeung sabudeureuna kang.. iraha nya tiasa tepang kangge ngadongeng. nyuhunkeun kontakna kang ah,punten ieu kontak nu kami 0821 1521 1717. nuhun