« »
« »
« »
Get this widget

Jumat, 16 Maret 2012

Menaikkan Harga BBM Pilihan tanpa Pilihan

Siapapun presidennya pasti di negeri ini akan dihadapkan  pada problem BBM. Bermain dengan harga BBM akan memicu pada keterpurukan menyeluruh kepada perubahan fundamental tatanan kehidupan sebuah bangsa. Apapun alasannya bahwa bermain-main dengan harga BBM akan berakibat pada depresi mental yang bersifat massal. Jika kaum muda mahasiswa mempunyai kesempatan untuk berteriak dan melampiaskan kekecewaannya, sedangkan rakyat kecil hanya berteriak dengan jeritan batin.
Pengambilan kebijakan atas kenaikkan BBM tidak perlu meminta persetujuan DPR, setgab, kelompok koalisi, atau kelompok tuyul sekalipun. Karena ujung-ujungnya akan tetap pada tindakan sadisme terhadap rakyatnya. Inilah gambaran sebuah negeri yang apabila dipimpin oleh legalitas korupsi, maka gambarannya ibarat serigala yang menjadi pemimpin, sementara rakyatnya ibarat domba-domba kurus yang setiap saat akan menjadi santapan empuk sang serigala.
Pilihan untuk menaikkan harga BBM yang dilakukan pemerintah sama sekali tidak konstitusional. Dalam hal ini pemerintah sama sekali tidak pernah mempedulikan konstitusi kita UUD 1945 yang mengamanatkan tentang perlindungan bangsa dan kesejahteraan umum. Akan tetapi landasan yang diambil oleh pemerintah lebih berpihak pada harga minyak dunia. 
Dalam hal ini rakyat sudah sangat faham jika negeri kita dalam kondisi sangat kritis dengan neraca pembayaran depisit yang dialami bangsa ini sejak berpuluh tahun yang lalu. Maka untuk menutup depisit anggaran negara ini terpaksa negara ini menghutang sana dan menghutang sini. Adapun negara atau lembaga bank yang siap memberikan pinjaman kepada Indonesia ini memberikan salah satu syarat yang mengorbankan rakyat, yakni dengan pencabutan segala kebijakan subsidi. (Kebijakan Bank Dunia ini selalu dilontarkan kepada Indonesia sebagai upaya pengkerdilan tingkat dunia agar bangsa Indonesia selalu dalam posisi tersudutkan dalam dunia ekonomi). Kita lihat saja nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, dimana rupiah terkoreksi pada level yang tidak wajar. (Ataukah bangsa kita sudah terlena dengan mata uang yang banyak nol-nya kaya rangkaian gerbong kereta api?) Bukankah dalam teori ekonomi dikatakan bahwa harga sebuah mata uang sangat dipengaruhi  oleh hukum permintaan dan penawaran atas uang itu sendiri. Hal ini sungguh tidak masuk akal ketika wisman yang masuk negeri ini selalu berbondong-bondong ke negara ini. Dari sektor industri pariwisata saja seyogyanya dapat mendongkrak nilai tukar rupiah.
Dengan demikian, jika pemerintah tetap bersikukuh dengan rencana menaikkan BBM, maka menurut hemat kami ini adalah sebuah pilihan tanpa pilihan.

Tidak ada komentar: